Pratiwi Sakti
P0500214010
Deviyanti maju sebagai single
presenter untuk mempresentasikan materi yang diamanahkan baginya. Rekan presenternya
berhalangan hadir karena sakit. Materi yang ia bawakan yakni Linguistik Kritis
dan Analisis Wacana Kritis, dia mengawali sebuah presentasi dengan pengertian
analisis wacana dan analisis wacana kritis. Menurutnya Linguistik Kritis yakni
ilmu yang membahas tentang internal bahasa itu yakni linguistic mikro meliputi
fonetik dan fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan pragmatic. Analisis
wacana Kritis merupakan sebuah ilmu terapan yang menggunakan bahasa sebagai
pisau bedah dari sebuah wacana yang dipertuturkan oleh pembicara dalam sebuah
wacana. Analisis wacana kritis menggunakan disiplin ilmu lain selain ilmu
linguistic sepeti ilmu budaya, psikologi, politik dan situasi serta kondisi
wacana tersebut diungkapkan untuk mengetahui apa makna wacana yang dikemukakan
oleh seorang penutur.
Pada sesi Tanya jawab, pertanyaan
pertama berbunyi: “Berapa persenkah unsur ekstrinsik dari sebuah wacana dapat
mempengaruhi bahasa verbal wacana tersebut dan berapa persen unsur intrinsic
wacana itu sendiri mempengaruhi bahasa verbal yang diungkapkan oleh pembicara” pertanyaan
ini dijawab oleh Deviyanti dengan memberikan sebuah gambaran konkrit mengenai
topic yang sedang dibicarakan di masyarakat sekarang yakni “perseteruan KPK vs
POLRI” dalam sebuah wawancara singkat wartawan kepada Presiden Jokowi, Jokowi
memeberikan jawaban atas pertanyaan “kapan Presiden akan menyelesaikan masalah
KPK dan POLRI ini kemudian beliau menjawab “tolong jangan tekan saya” yang
dapat dimaknakan dengan berbagai dimensi yakni dari segi budaya karena Jokowi
merupakan orang Jawa yang terbiasa menggunakan bahasa yang tidak langsung maka ini
dapat diartikan bahwa Jokowi sedang berbicara dengan partai pengusungnya yakni
PDIP, dia hendak berkata kepada Partai bahwa “tolong jangan tekan saya”
kemudian jika dilihat dari situasinya pada saat itu Jokowi menerima masukan
dari seteru politiknya terdahulu yakni Koalisi Merah Putih”. Dapat dikatakan
disini bahwa unsur budaya, politik dan latar pendidikan seorang itu
mempengaruhi tuturan yang ia utarakan. Ibu Gusna menambahkan bahwa “coba kalian
perhatikan seuah bola yang dilemparkan pada satu titik kemudian setelah itu
bola tersebut mengenai titik lain juga, ini bermakna bahwa terkadang seseorang
mengungkapkan sebuah tuturan didepan si A namun sebenarnya sasaran yang ingin
ia bidik sebenarnya adalah B”
So, Analisis Wacana Kritis merupakan
pembahasan yang lebih menitikberatkan persoalan pembahasannya pada unsur
Linguistik Makro yakni membahasa bahasa serta hubungannya dengan ilmu lain baik
itu budaya, latar belakang pendidikan penutur, psikologi penutur dan pendengar,
keadaan dan situasi politik serta social kemasyarakatan yang sedang bergejolak
saat tuturan dipertuturkan oleh penutur tersebut menuturkan tuturannya.
Pertanyaan selanjutnya lebih
menekankan pada perbedaan linguistic Kritis dan Analisis Wacana Kritis dan
apakah perbedaan antara analisis wacana Kirtis dengan Analisis wacana. Karena
yang sekarang dibahas memakai predikat kritis. Jawaban yang diberikan lebih
menekankan kepada “Seluas dan selebar apapun pembahsan dari sebuah wacana baik
analisis wacana dan analisis wacana Kritis ada hal mendasar yang perlu diingat
yakni bahasa itu sendiri sebagai alat bedahnya. Sebagai seorang yang mempelajari
linguistic kita jangan pernah lupa bahwa bahasa meupakan objek yang menjadi
pembahasan dalam analisis wacana itu, baik dari segi ketransitifan, kopula, jika
dalam Bahasa Inggris terdapat kesesuaian antara subjek dan predikat”.
Selanjutnya Ibu Gusna mempersilahkan
kami untuk menganalisis wacana dalam Koran yang telah kami bawa sebagai tugas
individu. Kelompok terbentuk menjadi tiga dalam kelas, masing-masing kelompok
memeiliki empat anggota. Kami harus menganalisis wacana dnegan menggunakan
pisau bedah yang bernama “Mental Process, Material Process dan Ralational
Process” Proses Mental secara garis besar
meliputi tiga yakni persepsi seperti melihat dan mendengar, afeksi seperti suka
dan takut, kognisi seperti berfikri, mengetahui dan memahami. Proses material
yang lebih dikenal dengan act of doing yakni melakukan sesuatu. Proses
relasional dicirikan keterkaitan antara participant dengan identitas dan varian-varian.
Partisipan dalam proses ini dapat berupa penyandang, atribut, teridentifikasi
dan pengidentifikasi serta eksisten.