Minggu, 08 Maret 2015

ANALISIS WACANA KRITIS menurut ROGER FOWLER pada KORAN

 Pratiwi Sakti
P0500214010
 
Analisis Wacana Kritis Menurut Teori Roger Fowler
Pratiwi Sakti
P0500214010

Roger Fowler merupakan salah seorang dari kelompok aliran Linguistik Eropa Kontinental. Kehadiran mereka ditandai dengan munculnya buku language and Central (1979).pendekatan yang mereka lakukan kemudian dikenal sebagai critical Lingusitics. Critical Linguistics dikembangkan dari teori linguistic sekelompok peneliti yang melihat bagaimana tata bahasa (grammar) tertentu menjadikan kata tertentu (diksi) membawa implikasi dan idealogi tertentu (Darma, 2009 :89).  Istilah wacana dioposisikan dengan “ideologi”. Ini banyak dilakukan oleh para linguis kritis.
Secara tegas Roger Fowler mengemukakannya sebagai berikut:
Discourse is speech or writting seen from the point of view of the beliefs, values and categories which it embodies; these beliefs etc. constitute a way of looking at the world, an organization or representation of experience—“ideology” in the neutral non-pejorative sense. Different modes of discourse encode different representations of experience; and the source of these representations is the communicative contextm within which the discourse is embedded (Mills, 1997:6).
Point pentingnya adalah sbb :
1.    Wacana merupakan bahasa verbal, speech. Wacana juga dapat berupa teks tulisan yang dibentuk dari nilai, kepercayaan dan hal-hal lain yang membentuknya.
2.    Sebagai cara pandang melihat dunia, sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman “idiologi” dalam pandangan netral dan tidak menyinggung.
3.    Mode yang berbeda dari wacana menyandikan perbedaan representasi dari pengalaman. Sumber dari representasi ini adalah konteks komunikasi dalam wacana dimana dia dibentuk.  
Fowler yang menekankan pada konsep “titik pandang” terhadap perbagai hal. Seperti titik pandang pada ideologi, politik social dan cultural. Karena para linguis kritis percaya bahwa pilihan bahasa dibuat menurut seperangkat kendala diatas.
Berikut merupakan contoh Analisis Wacana Kritis menurut Teori Roger Fowler pada sebuah Koran Online yang bernama Kompas.com yang berjudul “Dihadapan ratusan Perempuan, Megawati cerita kedekatannya dengan Susi.”  

Keterangan
Bold : diksi yang dipilih penutur dalam teks.
Bold, Italic : diksi yang digunakan oleh press.

Dihadapan ratusan Perempuan, Megawati cerita kedekatannya dengan Susi
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengungkapkan kedekatannya dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Bagi Megawati, Susi adalah seorang menteri yang dikenal karena kinerjanya.
"Bu Susi yang terkenal. Kalau ketemu saya cium pipi, jadi mitra liur (teman diskusi), terus bicara soal ikan dan laut. Saya bilang, kalau bicara itu terus lama-lama Ibu (Susi) jadi putri duyung lho," seloroh Megawati di awal pidatonya dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (8/3/2015).
Pidato Megawati diberi tema "Tahun Penentuan Bagi Perempuan Indonesia." Hadir dalam acara tersebut para menteri perempuan dalam kabinet kerja, di antaranya Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansah, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno LP Marzudi, dan Susi.
Hadir juga 300 bidan desa pegawai tidak tetap dari seluruh provinsi di Indonesia. Acara itu diramaikan dengan pentas kesenian dan tari-tarian daerah. (baca: Megawati Dorong Perempuan Berani Berpolitik)
Di lokasi yang sama, Susi mengapresiasi pidato yang disampaikan Megawati. Menurut dia, pidato tersebut dapat memberi pemahaman baru dan memberi semangat pada kaum perempuan di Indonesia untuk berani menjalani profesi baru yang umumnya hanya dilakukan oleh laki-laki.
"Bagus untuk semangat para wanita dan sadar bahwa hak-hak wanita bila tidak diperjuangkan tidak mungkin bisa didapat. Siapa yang bisa mengubah? Wanita itu sendiri," pungkas Susi.




Menurut Fowler (dalam Eriyanto, 2006 :164) hal yang harus diperhatika ketika menganalisis pemberitaan suatu teks adalah bahasa yang dipakai bukanlah suatu yang netral, tetapi memilliki aspek dan atau nilai idealogi tertentu. Permasalahannya adalah bagaimana realitas itu dibahasakan. Realitas itu berarti bagaimana peristiwa dan actor-aktor yang terlibat didalamnya dipresentasikan. Bahasa sebagai representasi dari realitas tersebut dapat berubah dan berbeda sama sekali dari realitas yang sesungguhnya.
Analisis Fowler ini memusatkan perhatian pada kata dan susunan kata atau kalimat.
1.                   Pada level kata, bagaimana peristiwa dan actor-aktor yang terlibat dalam peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Kata-kata disini bukan hanya penanda atau identitas tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu, makna apa yang ingin dikomunikasikan kepada khalayak. Pihak atau kelompok mana yang diuntungkan dengan memakai kata-kata tersebut dan sebaliknya.
2.                   Pada Level susunan kata atau kalimat. Bagaimana kata-kata disusun kedalam bentuk kalimat tertentu untuk dimengerti dan dipahami semata sebagai persoalan teknis kebahasaan, tetapi pada praktik bahasa. Yang ditekankan adalah bagaimana pola pengaturan penggabungan, penyusunan tersebut menimbulkan efek tertentu.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas maka Koran online kompas yang berjudul “Dihadapan ratusan Perempuan, Megawati cerita kedekatannya dengan Susi” dapat dianalisis sebagai berikut.


Kalimat diatas jika dilihat merupakan kalimat inklusi, dimana penulis berita menyertakan pelaku (actor) yakni Ketum DPP PDIP perjuangan Megawati Soekarno putri. Pada kalimat selanjutnya penulis berita juga melakukan hal yang sama. Selanjutnya pada kalimat kedua, kalimat diterangkan dengan menggunakan kalimat aktif, “susi adalah seorang menteri yang dikenal karena kinerjanya”.

          
Pemilihan kata “Mitra Liur”, kemudian diterangkan oleh redaktur dalam kurung teman diskusi merupakan hal yang bisa diambil dianalisis sebagai bentuk kedekatan antara ibu Mega dengan Susi. Pemilihan kata “seloroh” oleh penulis berita mengesankan bahwa berita ini hal yang santai dan tidak seserius berita lainnya.
   

Pada kalimat diatas pelaku (aktor) disertakan dengan jelas dan acara yang diadakan diberitakan dengan jelas dan hadirin yang dianggap akan menjadi ikon dalam acara tersebut dicantumkan namanya dengan jelas.  

Kalimat ini menurut saya sebenarnya kelanjutan dari kalimat pada paragraf sebelumnya. penulis memberikan info tambahan dengan menambahkans asatu artikel yang dia attach dikalimat setelahnya.  

Penulis menggunakan kata “apresiasi” daripada kata “memuji”, hal ini menandakan penulis berpikir bahwa apresiasi lebih tepat digunakan pada forum formal dan juga pemberitaab ini tidak berniat menonjolkan salah satu pihak secara berlebihan.  Penulis menulis “dapat memberi pemahaman baru ” daripada “meng-inspirasi”, pemahaman baru disini lebih khusus dibandingkan “menginspirasi”, menurut saya menginspirasi masih belum mengena jika digunakan pada pemberitaan ini. Berbeda halnya jika kita menggunakan frasa “dapat memberi pemahaman baru ”, maka pembaca bisa mengartikannya dengan lebih sempit, kaitannya karena yang berbicara adalah seorang menteri kelautan dan satu-satunya menteri perempuan yang bisa memperoleh jabatan tanpa sekolah orang bisa berpersepsi bahwa untuk menjadi menteri tidak selamanya harus laki-laki, tidak selamanya harus berpendidikan tinggi dan sebagainya. Pemahaman baru disini dapat diartikan bahwa, untuk menjadi menteri bisa dilakukan dengan cara ahli dibidang tersebut baik marketingnya, administrasinya. Mengingat bahwa menteri susi pudjiastuti merupakan mantan pengepul ikan, pendiri susi airline, pengusaha lobster dan bisa mendidik beberapa anaknya menjadi pilot. Dia juga menjadi sorotan majalah internasional karena usaha-usaha tersebut diatas.  Walaupun beberapa pro dan kontra dimedia social karena dia hanya lulusan SMP.  

Secara keseluruhan kata yang digunakan merupakan kata yang eksplisist, jelas, tidak ada ketaksaan makna kata. Diksi yang digunakan baik oleh pembicara maupun oleh penulis berita menggambarkan hubungan kedekatan antara megawati dan Susi sangat jelas. Diksi sepeti “mitra liur”, merupakan contoh kedekatan. “Seloroh” digunakan dibanding kelekar, karen disini keadaany adalah formal, berbeda jika dinovel maka kata yang biasa digunakan adalah “kelakar”. Aktor pun tidak ada yang di eksplisikan, semua disebut, seperti Megawati, Susi, para menteri perempuan dan seterusnya.
Alasan kenapa tokoh perempuan disebut secara eksplisit, karena ini merupakan pemberitaan acara hari peringatan perempuan internasional, dimana orang yang bisa dicontoh oleh perempuan Indonesia yang membaca ini khususnya bisa diketahui sepak terjangnya. Latar belakangnya dan diharapkan dengan menyertakan nama mereka secara jelas, dapat menggerakkan perempuan lainnya untuk memberikan sumbangsih dibidang yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.       
 

2 komentar: