Serbaserbi

AWK TEORI FOUCAULT

SITI UMI SALAMAH
P0500214008

TUGAS ANALISIS WACANA KRITIS
(Berdasarkan teori Foucault)
Wacana yang akan dianalisis yaitu :

 “Mahasiswa UIN Malang Protes Dosen 'Killer' Sekali”                                     

Kamis, 26 Pebruari 2015
TEMPO.CO, Malang - Mahasiswa Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berunjuk rasa untuk memprotes tindakan kasar dosen berinisial BY. Mahasiswa menuntut agar dosen itu dibina atau sekalian dimutasi. "Banyak mahasiswa yang menjadi korban kekerasannya," kata koordinator aksi, M. Taufik, Rabu, 25 Februari 2015.

Unjuk rasa yang digelar di depan rektorat kampus itu berlangsung panas karena upaya mahasiswa masuk ke rektorat untuk menemui Rektor Mudjia Rahardja dihadang aparat keamanan. Sempat terjadi saling dorong antara mahasiswa dan petugas keamanan. Bahkan salah seorang mahasiswa terkena bogem mentah.

Mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Anti Kekerasan itu menyesalkan tabiat BY, yang tidak hanya kerap melakukan kekerasan fisik, tapi juga verbal. Bahkan sejumlah dosen juga menjadi korban kekerasan BY sehingga memilih mogok mengajar. 

"Sebanyak 20 dosen mogok mengajar sejak tiga pekan lalu," ujar Taufik. Pengunjuk rasa mengedarkan petisi yang ditandatangani para mahasiswa dan dosen yang menjadi korban kekerasan sekaligus mendesak agar BY dimutasi. 

Dekan Fakultas Humaniora UIN Malang Istiadah meminta para dosen kembali aktif mengajar. Menurut dia, pimpinan kampus tengah membahas tindak kekerasan yang dilakukan BY. Bila tudingan itu terbukti, BY akan dijatuhi sanksi. "Persoalan kekerasan segera diselesaikan," kata Istiadah.









Klausa-klausa :
1.       Mahasiswa Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berunjuk rasa
2.       untuk memprotes tindakan kasar dosen berinisial BY
3.       Mahasiswa menuntut
4.       agar dosen itu dibina atau sekalian dimutasi.
5.       Banyak mahasiswa yang menjadi korban kekerasannya.
6.       Unjuk rasa yang digelar di depan rektorat kampus itu berlangsung panas
7.       karena upaya mahasiswa masuk ke rektorat untuk menemui Rektor Mudjia Rahardja dihadang aparat keamanan
8.       Sempat terjadi saling dorong antara mahasiswa dan petugas keamanan.
9.       Bahkan salah seorang mahasiswa terkena bogem mentah.
10.   Mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Anti Kekerasan itu menyesalkan tabiat BY
11.   yang tidak hanya kerap melakukan kekerasan fisik, tapi juga verbal.
12.   Bahkan sejumlah dosen juga menjadi korban kekerasan BY
13.   sehingga memilih mogok mengajar
14.   "Sebanyak 20 dosen mogok mengajar sejak tiga pekan lalu
15.   Pengunjuk rasa mengedarkan petisi yang ditandatangani para mahasiswa dan dosen yang menjadi korban kekerasan
16.   sekaligus mendesak agar BY dimutasi
17.   Dekan Fakultas Humaniora UIN Malang Istiadah meminta para dosen kembali aktif mengajar
18.   pimpinan kampus tengah membahas tindak kekerasan yang dilakukan BY
19.   Bila tudingan itu terbukti
20.   BY akan dijatuhi sanksi
21.   Persoalan kekerasan segera diselesaikan


3. Analisis Teks :
Klausa 1 : Mahasiswa Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berunjuk rasa

Clause 1:

Independent clause

Mahasiswa Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

berunjuk rasa

  

Experiential

Aktor
Process:   material
Interpersonal:
Mood
Imperatif
Subject
Finite
Predicator

Mood Block

Textual


Thema

Rheme


Klausa 2 : untuk memprotes tindakan kasar dosen berinisial BY

Clause 2:

dependent clause

untuk

memprotes

tindakan kasar

Dosen berinisial BY

Experiential


Process:   verbal
Sirkumstan : masalah

Aktor
Interpersonal:
Mood
Imperatif

Finite
Predicator

Complement
Adjunct

resi
Mood Block
- due
Textual

Textual thema
Rheme

Klausa 3 : Mahasiswa menuntut

Clause 1:

Independent clause

Mahasiswa

menuntut

  

Experiential

Aktor
Process:   verbal
Interpersonal:
Mood
Imperatif
Subject
Finite
Predicator

Mood Block

Textual

Thema
Rheme


Klausa 4 : agar dosen itu dibina atau sekalian dimutasi.

Clause 4:

dependent clause

Agar

dosen itu

dibina atau sekalian dimutasi

Experiential

Receiver
Process: Mental dan material
Interpersonal:
Mood Imperatif

Subjek
Predikator


Mood Block
Textual

Textual thema
Thema
Rhema
Klausa 5 : Banyak mahasiswa yang menjadi korban kekerasannya

Clause 2:

independent clause

Banyak Mahasiswa

yang menjadi

korban kekerasannya

Experiential

Pasien
Proses : mental
Sirkumstan : produk
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Complement

Mood Block
Textual

 Thema
Rheme

Klausa 6 : Unjuk rasa yang digelar di depan rektorat kampus itu berlangsung panas

Clause 2:

independent clause

Unjuk rasa yang digelar di depan rektorat kampus itu

berlangsung

panas

                    

Experiential


Event

Process:   material

Circumtance : kondisi
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subyek

Finite

Predicator


Complement


Mood Block

Textual


Thema

Rheme

Klausa 7 : karena upaya mahasiswa masuk ke rektorat untuk menemui Rektor Mudjia Rahardja dihadang aparat keamanan

Clause 2:

independent clause

karena

Upaya mahasiswa masuk ke Rektorat untuk menemui rektor Mudjia Rahardja

dihadang

Aparat keamanan

Experiential


Circumtance : problem solving
Process:   material
aktor

Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject
Finite
Predicator

Complement

resi
Mood Block
- due
Textual

Textual thema
Theme
Rheme
                                               
Kalusa 8 : Sempat terjadi saling dorong antara mahasiswa dan petugas keamanan.

Clause 2:

independent clause

Sempat terjadi

saling dorong

antara

mahasiswa dan petugas keamanan

Experiential

Circumtance : frequency
Proses : material

Aktor
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Complement

Mood Block
Textual

 Thema

Rheme
Klausa 9 : Bahkan salah seorang mahasiswa terkena bogem mentah

Clause 2:

independent clause

Bahkan

Salah seorang mahasiswa

terkena

Bogem mentah

Experiential


penerima
Proses : material
Sirkumstan :
produk
Interpersonal:
Mood
Indikatif



Subject

Predikator

Complement

Mood Block
Textual

 Textual Thema
Theme
Rheme
Klausa 10 : Mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Anti Kekerasan itu menyesalkan tabiat BY

Clause 2:

independent clause

Mahasiswa yang tergabung dalam solidaritas mahasiswa anti kekerasan itu

menyesalkan

tabiat BY


Experiential

aktor
Proses : mental
Sirkumstan :
sebab
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Complement

Mood Block
Textual


Thema

Rheme
Klausa 11 : yang tidak hanya kerap melakukan kekerasan fisik, tapi juga verbal

Clause 2:

dependent clause

yang tidak hanya kerap

melakukan

Kekerasan fisik

tapi juga verbal

Experiential


Proses : material
Circumtance : manner
Circumtance : manner
Interpersonal:
Mood
Indikatif


Predikator

Complement

complement

Mood Block
Textual


 Thema

Rheme
Klausa 12 : Bahkan sejumlah dosen juga menjadi korban kekerasan BY

Clause 2:

independent clause

Bahkan

Sejumlah dosen

Juga menjadi korban kekerasan BY

Experiential


Pasien
Proses : material
Interpersonal:
Mood
Indikatif



Subject

Predikator

Mood Block
Textual


 Textual Thema

Theme

Rheme
Klausa 13 : sehingga memilih mogok mengajar

Clause 2:

dependent clause

sehingga

memilih mogok mengajar

Experiential


Proses : material
Interpersonal:
Mood
Indikatif



Predikator

Mood Block
Textual


 Textual Thema

Rheme

Klausa 14 : Sebanyak 20 dosen mogok mengajar sejak tiga pekan lalu

Clause 2:

independent clause

Sebanyak 20 dosen

mogok mengajar

sejak tiga pekan lalu

Experiential

aktor
Proses : material
Circumtance :
waktu
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Adjunct

Mood Block
Textual


Thema

Rheme
Klausa 15 : Pengunjuk rasa mengedarkan petisi yang ditandatangani para mahasiswa dan dosen yang menjadi korban kekerasan

Clause 2:

independent clause

Pangunjuk rasa

mengedarkan

Petisi yang ditandatangani para mahasiswa dan dosen yang menjadi korban kekerasan

Experiential

aktor
Proses : material
Circumtance : alat
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Complement

Mood Block
Textual


Thema

Rheme
Klausa 16 : sekaligus mendesak agar BY dimutasi

Clause 2:

dependent clause

sekaligus

mendesak

agar BY dimutasi

Experiential



Proses : material

Verbiage
Interpersonal:
Mood
Imperatif



Predikator

Complement

Mood Block
Textual


 Textual Thema

Theme

Rheme
Klausa 17 : Dekan Fakultas Humaniora UIN Malang Istiadah meminta para dosen kembali aktif mengajar

Clause 2:

dependent clause
Dekan Fakultas Humaniora UIN malang Istiadah

meminta

para dosen

kembali aktif mengajar

Experiential

Pembicara (tutor)
Proses : verbal
Receiver
Verbiage
Interpersonal:
Mood
Imperatif

Subject

Predikator

Complement

Adjunct

Mood Block

Textual

Theme
Rheme

Klausa 18 : pimpinan kampus tengah membahas tindak kekerasan yang dilakukan BY

Clause 2:

dependent clause

Pimpinan kampus

tengah membahas

tindak kekerasan yang dilakukan BY

Experiential

Aktor
Proses : material
Sirkumstan : masalah
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Complement

Mood Block

Textual

Theme
Rheme

Klausa 19 : Bila tudingan itu terbukti

Clause 2:

dependent clause

Bila

tudingan itu

Terbukti

Experiential


Gol
Proses : material
Interpersonal:
Mood
Indikatif


Subject

Predikator

Mood Block

Textual


Textual Theme

Theme

Rheme

Klausa 20 : BY akan dijatuhi sanksi

Clause 2:

dependent clause

BY

akan dijatuhi sanksi

Experiential

pasien
Proses : material
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Mood Block

Textual


Theme

Rheme

Klausa 21 : Persoalan kekerasan segera diselesaikan

Clause 2:

dependent clause

Persoalan kekerasan

segera diselesaikan

Experiential

Sirkumstan : masalah
Proses : material
Interpersonal:
Mood
Indikatif

Subject

Predikator

Mood Block

Textual


Theme

Rheme


4. Deskripsi Kontekstual Teks
4.1. Field:Makna Pengalaman
4.1.1 Hal-hal yang terlibat dalam Teks (Participants)
               Hal-hal yang terlibat dalam teks ini dapat dikelompkkan kedalam dua hal yakni: kelompok manusia dan bukan manusia seperti yang diuraikan berikut.
  1. Manusia
Ø  Mahasiswa
Ø  Koordinator aksi, M. Taufik
Ø  Dosen BY
Ø  Dosen –dosen korban BY
Ø  Aparat Keamanan
Ø  Rektor (pimpinan kampus)
Ø  Dekan Fakultas Humaniora UIN Malang, Istiadah

  1. Bukan Manusia
Ø  Protes
Ø  Tindakan kasar BY
Ø  Rektorat kampus
Ø  Fakultas Humaniora UIN Malang
Ø  petisi
Ø  Persoalan kekerasan

4.1.2 Proses (Process)
               Stuktur dalam sebuah klausa merealisasikan makna pengalaman yang di dalam dunia nyata memiliki tiga konstituen yakni: partisipan, proses, dan sirkumstans (keterangan). Proses merupakan inti dari suatu kejadian dalam suatu pengalaman (yang terealisasi dalam klausa), baik itu fisik, mental, verbal, perilaku, relasional, maupun eksistensial.  

Di dalam tataran simbol (kata-kata) proses direalisasikan dalam kelompok verba, partisipan dalam kelompok nomina, dan sirkumstans diekspresikan dalam kelompok adverbia.
Dalam teks ini ada tiga proses yang terlibat yakni: mental, verbal, dan material.
Proses mental:
Ø  Menyesalkan


Proses verbal:
Ø  mendesak
Ø  meminta
Ø  menuntut
Ø  memprotes

Proses material:
Ø  Berunjuk rasa
Ø  berlangsung panas
Ø  dihadang
Ø  saling dorong
Ø  terkena
Ø  melakukan
Ø  memilih
Ø  mogok mengajar
Ø  mengedarkan
Ø  membahas
Ø  terbukti
Ø  dijatuhi sanksi
Ø  segera diselesaikan
 
 Dalam teks berita  tersebut, penulis banyak  mengeksploitasi proses material untuk menggambarkan bahwa kejadian unjuk rasa biasanya ingin menyampaikan tuntutan-tuntutan yang seharusnya dipenuhi oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk mengabulkan tuntutan mereka. Terdapat  proses mental dan verbal, namun tidak sebanyak proses material. Kata-kata dalam wacana berita ini menggambarkan bahwa ada latar belakang persoalan, akibat persoalan, tuntutan dan apa yang dikehendaki untuk menyelesaikan persoalan. Kata-kata yang digunakan dalam menilai dosen BY : menyesalkan, melakukan, aksi protes menggunakan kata-kata :  memprotes, berunjuk rasa, menuntut, berlangsung panas, saling dorong, terkena, mengedarkan, mendesak. Sementara pihak korban (dosen) menggunakan kata-kata : memilih, mogok mengajar. Institusi kampus sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan pernyataan dengan kata-kata : meminta, membahas, terbukti, dijatuhi sanksi  dan segera diselesaikan.
4.1.3 Circumtances (Sirkumtans)
Sirkumtans atau kata keterangan adalah lingkungan fisik atau non fisik yang melingkupi proses. Sirkumtans disimbolkan dengan frasa adverbia dalam klausa. Adapun sirkumtans dalam teks surat ini adalah:
Circumtances of  manner:
Ø  Kekerasan fisik
Ø  Tindakan verbal

Circumtances of condition:
Ø  panas

Circumtances of frequency:
Ø  Sempat terjadi

Circumtances of
time:
Ø  Sejak tiga pekan lalu

Circumtances of problem:
Ø   Tindak kekerasan yang dilakukan BY
Ø  Tindakan kasar

Circumtances of tools:
Ø  Petisi yang ditandatangani para mahasiswa dan dosen yang menjadi korban kekerasan

Circumtances of product:
Ø  Bogem mentah
Ø  Korban kekerasannya


Melalui penggunaan circumtances yang bervariasi, penulis wacana berita menggambarkan kejadian dengan menggambarkan kondisi, waktu, cara, alat, hasil dan frekuensi kejadian dalam wacana berita itu.
4.2  Tenor: Makna Interpersonal
Hubungan antara partisipan dalam wacana berita dapat diketahui melalui struktur mood yang digunakan. Interaksi antar partisipan dapat diklasifikasaikan menjadi tiga, yaitu  yang menuntut  dan orang yang dituntut  dan pihak berwenang (institusi kampus). Dari interaksi ketiga partisipan ini kemudian melahirkan hubungan interpersonal antara mereka dan peristiwa yang menyebabkan kejadian “protes” ini yang merupakan akibat dari interaksi antara partisipan-partisipan tersebut yang kemudian melibatkan aparat keamanan. Hubungan interaksi diantara partisipan dalam hal ini  ada yang terjadi secara langsung dan ada pula yang terjadi secara tidak langsung.

4.2.1 Pemilihan Mood
Penulis wacana berita ini mengeksploitasi penggunaan mood imperatif untuk menggambarkan peristiwa dalam topik berita ini. Mood imperatif terealisasi dalam bentuk permintaan dengan proses verbal “menuntut, meminta, memprotes dan mendesak” karena penulis ingin menggambarkan bagaimana kejadian pada topik wacana berita ini. Penulis wacana juga menggunakan mood indikatif untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang mendahului peristiwa protes ini. Mood indikatif terealisasi dalam bentuk peristiwa dengan proses material “berlangsung”, “menemui”, “dihadang”, “saling dorong”, “terkena”, “mogok mengajar”, “melakukan”, “mengedarkan”, “membahas”, “terbukti”, “dijatuhi” dan “segera diselesikan”, karena penulis ingin menggambarkan peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi pada wacana berita.
4.2.2          Pemilihan Subjek
Subjek yang digunakan dalam wacana berita ada beberapa pihak yaitu yang menuntut (mahasiswa), yang dutuntut  dan pihak berwenang (dekan) serta peristiwa dalam topik. Subjek pada wacana berita ini dapat dirinci sebagai berikut : Mahasiswa Fakultas Humaniora Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Unjuk rasa yang digelar di depan Rektorat kampus itu, Sejumlah dosen, Pengunjuk rasa, Dekan fakultas Humaniora UIN Malang Istiadah, Pimpinan kampus, Tudingan itu, BY, Persoalan kekerasan.
4.2.3          Pemilihan waktu
Eksploitasi waktu yang digunakan dalam wacana berita adalah waktu lampau, sekarang dan akan datang. Waktu lampau untuk menggambarkan keadaan yang terjadi di waktu lampau sedang waktu sekarang untuk memperlihatkan korelasi yang ditimbulkan sampai sekarang (waktu terjadinya unjuk rasa). Waktu akan datang untuk memprediksikan tindakan-tindakan yang mungkin akan dilakukan untuk menyelesaikan persoalan. Simbol yang menyatakan waktu lampau yakni: “lalu”; sedangkan simbol waktu sekarang adalah: “tengah”; Waktu akan datang menggunakan simbol “akan”. Simbol waktu lalu menggambarkan kejadian yang mendahului peristiwa dalam topik wacana berita. Waktu sekarang menunjukkan peristiwa dalam topik, dan waktu akan datang memprediksikan kemungkinan tindakan dalam penyelesaian persoalan di masa yang akan datang.
4.2.4          Pemilihan Mood adjunct (keterangan mood)

Tidak ada Mood adjunct yang digunakan dalam wacana berita ini.

4.3           Mode: Tekstual Meaning

Tema topikal pada wacana berita ini didominasi oleh pihak penuntut (Mahasiswa), apa yang terjadi pada  mereka, apa yang mereka alami dan apa tuntutannya. Kemudian diikuti oleh pihak berwenang (institusi kampus) dalam hal ini Dekan Fakultas Humaniora UIN Malang dan aparat keamanan.

Tema tekstual yang digunakan: “karena”, “agar”, yang menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi antara partisipan dan adanya harapan akan ada hal-hal yang diharapkan dapat menjadi kenyataan. Tema tekstual : “bahkan” yang menunjukkan bahwa suatu peristiwa terjadi tidak sederhana, tetapi lebih rumit. Tema tekstual dan topikal yang ditonjolkan adalah: “sekaligus”, sengaja ditempatkan di tegah klausa untuk menonjolkan ‘maksud’ dari penuntut.
4.4. Analisis Wacana Kritis berdasarkar Teori Foucault. 
I.          Peristiwa
Peristiwa pertama pada  wacana yang sekaligus dijadikan sebagai topik dari wacana ini adalah  Mahasiswa UIN Malang Protes Dosen 'Killer' Sekali. Peristiwa ini dapat digambarkan sebagai kondisi dimana mahasiswa berkumpul untuk menyampaikan aspirasinya terhadap ulah salah satu dosen mereka kepada orang yang memiliki kekuasaan di lingkungan kampus yaitu Rektor. Peristiwa berikutnya yaitu  suasana panas yang meliputi peristiwa pertama yang disebabkan Mahasiswa dihadang oleh aparat saat hendak masuk ke ruang rektorat guna menemui Rektor. Peristiwa kedua ini diikuti peristiwa berikutnya yaitu dorong-mendorong serta pemukulan oleh aparat kepada mahasiswa. Jika dikaitkan dengan formulasi pandangan Foucault tentang kegilaan, kekuasaan dan pengetahuan maka dapat dikatakan bahwa :
·     Yang memiliki unsur kegilaan adalah dosen BY yang dianggap memiliki gangguan mental atau definisi yang lebih manusiawi adalah orang-orang yang berprilaku berbeda dengan orang lain yang mengakibatkan mereka dianggap sebagai individu-individu yang marginal (Ratna, 2011: 284). Hal ini ditunjukkan oleh adanya pernyataan bahwa BY adalah ‘Dosen Killer sekali’,  tidak hanya kerap melakukan kekerasan fisik, tapi juga verbal. Bahkan sejumlah dosen juga menjadi korban kekerasan BY sehingga memilih mogok mengajar. Meskipun BY berkuasa, tetapi dalam konteks wacana ini dia adalah orang yang termarginalkan (dalam hal ini, dia adalah orang yang bersalah).
·     Kekuasaan dalam hal ini merupakan kekuasaan dalam lingkup perguruan tinggi meliputi  beberapa unsur yaitu : Dosen atas mahasiswa, Dosen senior kepada dosen yunior, aparat keamanan atas mahasiswa yang melakukan aksi protes, dan kekuasaan yang dimiliki oleh Pemegang jabatan dalam hal ini Rektor dan Dekan.  Dalam lingkup perguruan tinggi, Dosen memiliki kekuasaan atas mahasiswa, baik dalam memberi penilaian maupun memberi beban-beban tugas sesuai keinginan si Dosen. Biasanya faktor senioritas antar Dosen juga dapat menunjukkan kekuasaan atas Dosen-dosen lainnya yang lebih muda. Terlepas dari senioritas, pemegang jabatan berkuasa atas semua yang ada di lingkup jabatannya. Hal inilah yang kemudian memicu arogansi dosen BY ini.
·  Hubungan kekuasaan dan pengetahuan di sini dapat dilihat dari peran Dekan yang kemudian mengeluarkan pernyataan yang ditulis dalam redaksi “Dekan Fakultas Humaniora UIN Malang Istiadah meminta para dosen kembali aktif mengajar. Menurut dia, pimpinan kampus tengah membahas tindak kekerasan yang dilakukan BY. Bila tudingan itu terbukti, BY akan dijatuhi sanksi. "Persoalan kekerasan segera diselesaikan," kata Istiadah. Kita semua mengetahui bahwa yang terlibat konflik adalah dosen BY dengan dosen lain serta mahasiswa, Tetapai mengapa harus melibatkan Dekan? Ini karena episteme yang berlaku di zaman ini adalah: orang yang dianggap paling mengetahui (yang menguasai pengetahuan) bukanlah orang yang terlibat langsung dalam suatu kasus, melainkan orang yang diakui secara struktur sosial sebagai pemegang pengetahuan tentang suatu kasus itu.  Sehingga untuk memutuskan penyelesaian atas konflik ini adalah orang yang berkompeten dalam hal ini adalah Rektor atau Dekan. Hal ini juga yang menyebabkan kenapa mahasiswa tidak protes di depan rumah BY, tetapi di rektorat.
II.        Rangkaian
Peristiwa sebagaimana yang dijelaskan di atas, tidak terjadi begitu saja, akan tetapi ini merupakan rangkaian peristiwa yang didahului oleh peristiwa lainnya. Rangkaian peristiwa ini dapat diurutkan sebagai berikut :
ü    Adanya  tabiat BY, yang tidak hanya kerap melakukan kekerasan fisik, tapi juga verbal.
ü    Menyebabkan 20 Dosen memilih tidak mengajar selama tiga pekan
ü    Mahasiswa juga mendapat perlakuan sama dari BY, dan mahasiswa dirugikan karena banyak dosen yang mogok mengajar.
ü    Terjadi kerjasama antara Dosen dan mahasiswa mengumpulkan tanda tangan menuntut BY dibina dan dimutasikan.
ü    Terjadi aksi protes mahasiswa pada tanggal 25 Pebruari 2015.
ü    Dekan berupaya mencari solusi atas peristiwa ini
III.      Regularitas
Jika dilihat dari rangkaian peristiwa-peristiwa di atas, tidak terjadi regularitas (keteraturan) urutan peristiwa. Karena peristiwanya digambarkan saat ini-kembali ke peristiwa lampau-kemudian kembali lagi ke peristiwa sekarang. Ini menunjukkan adanya diskontinyuitas sebagaimana pandangan Foucault.
IV.      Kondisi posibilitas
Kondisi signifikan yang mingkin saja terjadi adalah efek terhadap peristiwa yang terjadi, misalnya bisa saja mehasiswa yang terkena ‘bogem’ dari aparat mengalami luka parah dan harus dilarikan ke rumah sakit, mungkin saja jika protes ini tidak segera ditanggapi dapat memunculkan aksi protes lagi, atau mungkin saja BY tidak mengakui perbuatannya dan tidak terbukti berbuat kekerasan yang mengakibatkan tidak ada sangsi, sehingga dosen-dosen korban kekerasannya kemudian mengundurkan diri atau mengusulkan pindah dan masih banyak lagi kemungkinan yang terjadi.
Kesimpulan : bahwa terjadinya dominasi kekuasaan di lingkungan kampus apabila tidak dipergunakan secara positif akan  mengakibatkan kerugian bagi pemilik kekuasaan itu sendiri, dan apabila kuasa dijadikan sebagai seuatu yang produktif dan positif akan membawa keuntungan tersendiri bagi pemilik kekuasaan itu.
4.5. Sistematika Wacana Berita
Bila dilihat susunan dan bentuk wacana berita ini, dapat dibuat sistematika sebagai berikut :
I.         Judul wacana berita
II.       Lead Wacana Berita
III.     Isi wacana Berita

Judul wacana berita :

“Mahasiswa UIN Malang Protes Dosen 'Killer' Sekali”                                     

Kamis, 26 Pebruari 2015
Lead wacana berita :
TEMPO.CO, Malang - Mahasiswa Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berunjuk rasa untuk memprotes tindakan kasar dosen berinisial BY. Mahasiswa menuntut agar dosen itu dibina atau sekalian dimutasi. "Banyak mahasiswa yang menjadi korban kekerasannya," kata koordinator aksi, M. Taufik, Rabu, 25 Februari 2015.

Isi wacana berita :
Unjuk rasa yang digelar di depan rektorat kampus itu berlangsung panas karena upaya mahasiswa masuk ke rektorat untuk menemui Rektor Mudjia Rahardja dihadang aparat keamanan. Sempat terjadi saling dorong antara mahasiswa dan petugas keamanan. Bahkan salah seorang mahasiswa terkena bogem mentah.

Mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Anti Kekerasan itu menyesalkan tabiat BY, yang tidak hanya kerap melakukan kekerasan fisik, tapi juga verbal. Bahkan sejumlah dosen juga menjadi korban kekerasan BY sehingga memilih mogok mengajar. 

"Sebanyak 20 dosen mogok mengajar sejak tiga pekan lalu," ujar Taufik. Pengunjuk rasa mengedarkan petisi yang ditandatangani para mahasiswa dan dosen yang menjadi korban kekerasan sekaligus mendesak agar BY dimutasi. 

Dekan Fakultas Humaniora UIN Malang Istiadah meminta para dosen kembali aktif mengajar. Menurut dia, pimpinan kampus tengah membahas tindak kekerasan yang dilakukan BY. Bila tudingan itu terbukti, BY akan dijatuhi sanksi. "Persoalan kekerasan segera diselesaikan," kata Istiadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar