Minggu, 15 Maret 2015

AWK PENDEKATAN SARA MILLS, Mustakim



ANALISIS WACANA KRITIS
(PENDEKATAN SARA MILLS)
Dosen Pengampu: DR. Gusnawati, M. Hum

Oleh:
Mustakim
P0500221402
Program Studi Magister Linguistik
Fakultas Sastra
Universitas Hasanuddin
2015
Judul: Sebulan, Gadis Jepang ini disekap dan jadi budak seks

A.    Pengantar
Isu perempuan, gender dan feminisme pada era tahun 1980-an belum dianggap penting atau perlu ada untuk dibahas dalam lingkungan perguruan tinggi dan di masyarakat kita. Kurung waktu tersebut isu perempuan yang banyak dibahas adalah kodrat wanita dan mitra sejajar.Saat ini, gender, perempuan dan kesetaraan gender yang kesemuanya menyatu dalam wacana gerakan feminisme telah mengambil tempatnya tersendiri dalam masyarakat utamanya dalam lingkungan akademik.Kondisi ini turut mengantarkan gejolak gerakan feminisme sebagai suatu pendekatan teoritis juga tidak lagi dianggap sebagai hal tak membumi atau asing.
Seorang feminis Indonesia pernah berkomentar bahwa esensi gerakan feminisme adalah perjuangan agar perempuan dan laki-laki tidak didiskriminasi di semua bidang kehidupan….(Saparinah Sadli: 2010).Dalam pandangan beliau jelas terlihat bahwa terdapat hal yang salah dan harus dikoreksi serta direskonstruksi dalam kehidupan bermasyarakat kita khususnya relasi dan perlakuan system sosial atas perempuan.

REFLEKSI NILA 5



REFLEKSI ANALISIS WACANA KRITIS V
Pagi ini, Senin 9 Maret 2015, tidak ada presentasi makalah berhubung seluruh anggota kelompok berhalangan hadir. Oleh sebab itu, dosen pengampu mata kuliah ini, ibu Dr. Gusnawaty, M.Hum, memanfaatkan waktu tersebut untuk membahas tugas yang diberikan minggu sebelumnya. Dalam diskusi tersebut, bersama teman (Siti Umi Salamah), kami membahas model analisis Foucault dan Van Dijk. Adapun hal yang mengesankan hari ini adalah dosen kami menanyakan kendala serta hal apa yang telah kami pelajari berhubungan dengan tugas secara langsung satu per satu, sehingga suasana menjadi akrab dan lebih santai.
Berdasarkan diskusi dengan teman dan juga dosen, saya mempelajari satu hal. Pada awalnya, dalam membuat sebuah analisis dengan model Van Dijk, saya berpatokan pada beberapa contoh analisis yang saya download dari internet. Semua contoh analisis tersebut mendeskripsikan hasil analisis sebuah wacana yang utuh secara detail mengenai tiga dimensi analisis Van Dijk. Namun, saya masih belum mendapat gambaran yang jelas mengenai langkah awal dalam menganalisis teks. Barulah setelah dijelaskan oleh dosen kami bahwa dalam membuat sebuah analisis yang berhubungan dengan teks, terlebih dahulu menguraikan teks tersebut berdasarkan klausa. Kemudiaan diidentifikasi jenis-jenis proses yang terjadi dalam klausa. Selain itu, partisipan yang terlibat dalam wacana juga harus diuraikan baik itu partisipan bernyawa maupun tidak. 

REFLEKSI MARIA 5

Maria Arnoldiana Dadjan Uran
P0500214005
Refleksi Analisis Wacana Kritis V
                Pada saat itu tanggal 2 Maret 2015, kami sudah memasuki pertemuan ke VI mata kuliah Analisis Wacana Kritis (AWK).  Perencanaan sebelumnya telah disepakati bersama bahwa diadakan presentasi kelompok ke IV dan diskusi. Namun, kedua pemateri tidak menghadiri perkuliah pagi itu. Berhubung perkuliahan ini harus tetap dijalankan, maka Ibu Gusnawaty, mengajarkan kami cara menganalisis wacana sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepada kami minggu lalu.
                Beberapa teman telah menyelesaikan tugas analisis tersebut. Namun,  sebagian besar belum menyelesaikan, apakah tidak mengerjakan, atau belum selesai mengerjakan karena tidak tahu cara menganalisis.  Saat itu, tugasku juga belum saya selesaikan, karena saya sendiri pun kebinggungan dan tidak begitu tahu dan paham bagaimana cara saya harus menganalisisnya.
                Kemudian, Ibu Gusnawaty membagi kami dalam 4 kelompok dan meminta kami untuk bersama-sama menganalisis salah satu wacana dari teman kelompok kami berdasarkan tokoh yang menganut ideologi/prinsip sesuai dengan wacana tersebut. Kebanyakan dari kami belum paham dan ada yang sama sekali tidak tahu bagaimana cara menganalisis wacana ini. Melihat kebinggungan kami soal itu, akhinya dengan senang hati Ibu Gusnawaty membimbing dan mengajarkan kepada kami  cara menganalisis yang sebenarnya. Dari kelompok ke kelompok Ibu Gusnawaty menadatangi kami, semua teman-teman belajar dengan serius dan sangat fokus saat itu. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan teman-teman kepada Ibu Gusnawaty. Artinya, ini merupakan hal positif, bahwa kami ingin juga diajarkan dan diterapkan metode pengajaran yang seperti ini, agar kami pun tidak hanya mengetahui teorinya saja namun  cara kerjanyanya juga yang kami perlu pelajari.  Sehingga, ketika suatu saat,  kami berada di lapangan, kami mampu menerapakan teori dan praktiknya. Selain memperhatikan teman-teman yang serius dan fokus belajar, saya pun memperhatikan Ibu Gusnawaty yang dengan sikapnya yang akrab, sabar dan begitu peduli dalam mengajar kami.
 Jujur, saya sangat suka pembelajaran AWK pada pertemuan hari itu. Hal yang membuat kami terlebih saya kebinggungan dalam menganalisis sebuah wacana adalah pada umumnya kami belum tahu teknik dasarnya, awal kami kebinggungan dari mana kami akan memulai analisis ini. Beberapa hal yang masih saya ingat saat itu, Ibu Gusnawaty meminta kami untuk membagikan wacana itu dalam beberapa klausa, kemudian dibuat penomoran tiap klausa, selanjutnya diperhatikan kata-kata yang termasuk dalam proses dan selanjutnya, setelah semuanya sudah dipilah-pilah menurut kelompoknya, barulah di analisis menurut tokoh AWK. Disini, saya baru mengerti bagaimana pijakan awal kami harus memulai analisis. Ini menjadi satu hal yang positif dan sangat bermanfaat buat saya dan teman-teman, bahwa menganalisis suatu wacana itu tidak sulit, yang penting tahu bagaimana teknik awalnya, sehinggah pada pagi itu setelah berakhirnya kuliah AWK, saya mendapat lagi satu ilmu baru yang memudahkan saya untuk menganilis wacana, teks ataupun berita. Bagi saya, hal ini memotifasi saya, untuk lebih punya kemauan belajar AWK ini. Diakhir refleksi saya ini, secara pribadi saya ucapkan terima kasih ya...Ibu Gusnawaty atas kebaikan hati yang telah membantu dan mengajar kami pagi itu.


Sabtu, 14 Maret 2015

REFLEKSI PRATIWI SAKTI 9 FEBRUARI

9 FEBRUARI 2015, REFLEKSI
Pratiwi Sakti
P0500214010
            Ramli dan Hajaratul Aswad akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Namun mereka tidak hadir. Jadi kami menganalisis sebuah wacana yang telah dibagi pada pecan sebelumnya. ada beberapa kelompok yang telah dibagi pada pecan sebelumnya berdasarkan nama ilmuan yang memiliki teori yang akan kami gunakan. Pagi yang cerah itu, berubah menjadi pagi yang sanagt komunikatif dari pecan-pekan sebelumnya. secara pribadi, sebelum masuk kelas hari ini, saya telah menyiapakan bahan awk dan teori tata bahasa sistemik fungsional berdasarkan MAK halliday. Manuskrip S1 itu masih saya simpan. Saya mulai menganalisis kata perkata dan mencocokkannya dengan manuskrip yang ada. Namun saya masih bingung, awk dan tata bahasa sistemik fungsional merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Setelah membaca dengan teliti, dan melihat kedua buku (mak halliday dan Yoce Aliah darma) saya menemukan benag merah. Yang diinginkan oleh teori mak Halliday bahwa seorang linguist mampu menelaah bahasa secara mikro kemudian yang dinginkan oleh teori-teori yang dikemukakan oleh yoce dalam bukunya merupakan menganlisis bahasa secara makro. Kemudian saya kembali teringat dengan jurnal online ibu gusna yang kurang lebih berjudul “analisis kesopanan di surat…”.
            Saya pun bertanya pada teman-teman di facebook, malam itu. Mereka ada yang mengisyaratkan pemikiranku terlalu melebar, ada juga yang masih pusing dan sebagainya. Kesesokan harinya, saya memperlihatkan kepada ibu gusna, apakah seperti ini analisis yang dinginkan?. Beliau menanggapi, ini terlalu jauh. Barulah saya paham ketika dian menunjukkan buku kopian, oh ternyata seperti ini cara menganalisisnya. Beberapa diantara kami termaasuk saya, berharap ibu menjelaskan satu clausa atau kalimat saja didepan kemudian mengidentifikasi bagaimana car menentukan tenor, actor, theme, rheme. Menjelaskan dengan cara langsung lebih bisa kami pahami dibandingkan jika menunjukkan artikel beliau. Walaupun demikian salah seorang teman member saran, ini juga motivasi supaya kami mencari sendiri. Secara pribadi saya menanggapi nasehat teman, walaupun demikian setidaknya sedikit penjelasan bukanlah hal yang berat.
            Pada pertemuan di tanggal 9 maret. Saya dan ahmad yang memiliki teori yang sama berkutat pada satu teks yang sama. Ahmad memilih wacana yang sangat pendek. Wacana itu, berisi konfirmasi dan penjelasan bahwa salah satu anggota dewan yang berasal dari partai islam tidak mengatakan anjing kepada gubernur DKI yang menjabat. Dilihat dari judul wacana, “anggota DPRD partai X tidak mengatakan anjing kepada Gubernur DKI”. Paragraf pertama berisi klausa, yangs sangat sederhana yakni “fitnah kembali mendera partai keadailan sejahtera PKS”. Kami mengidentikasi hingga klausa ataupun kalimat terkhir. Seterusnya seperti itu, namun ketika kami mengkonfirmasi kepada ibu apakah cara menganalisis telah benar. Beliau mengisyaratkan masih ada yang kurang. Ketika melihat kembali jurnal lengkap ibu yang beliau tayangkan di Proyektor, saya mulai faham. Sepertinya ibu menginginkan cara menganalisis yang lebih lengkap. Beliau memperlihatkan bahwa apa yang beliau terbitkan di jurnal onlinenya merupakan “hasil”, “dapurnya” adalah apa yang sedang beliau perlihatkan didepan kami detik itu juga. Kemudian saya sadar, jika demikian ini membutuhkan latihan yang lebih sering, pengamatan yang lebih detail dan juga waktu yang lebih panjang.
            Yoce dalam bukunya mengemukakan teori Fowler Sbb : Teori fowler memusatkan perhatian pada kata dan susunan kata atau kalimat. Pada level kata, bagaimana peristiwa dan actor-aktor yang terlibat dalam peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Pada level susunan kata atau kalimat bagaimana kata-kata disusun ke dalam bentuk kalimat tertentu untuk dimengerti dan dipahami semata sebagai persoalan teknis kebahasaan tetapi praktik bahasa. Selanjutnya menurut MAK Halliday : mengemukakan bahwa ada tiga komponen yang harus kami identifikasi yakni proses material, proses mental, proses relasional, proses tingkah laku, proses verbal, proses wujud (existential), fungsi partisipan lainnya,unsur-unsur sirkumstans. Sirkumstans ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian berdasrakan tempat dan waktu, seperti yang tertera dalam Sinar (2003, 45).   
            Setelah beberapa hari sebelum mengumpulkan refeleksi ini, saya harus menaikkan lengan untuk mengerjakan analisis wacana sesuai teori mak Halliday dan Roger Fowler. Sekarang yang harus kami kerjakan adalah menganalisis bahasa Indonesia utamanya wacana dikoran.


Senin, 09 Maret 2015

Refleksi Kelompok 3, DEVI YANTI

ANALISIS WACANA
(Refleksi Tokoh Ideologi dan Konteks Sosial)

Dosen :  Dr. Gusnawaty, M.Hum.

DEVI YANTI
NPM : P0500214001


A.   Pengertian Ideologi
·           Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata idea dan logic yang artinya adalah pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikir sebagai hasil dari pemikiran.
·           Menurut KBBI (2007:417) ideologi adalah :
1.  Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup;
2.  Cara berpikir seseorang atau suatu golongan;
3.  Paham, teori dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik.
·           Menurut kamus Sosiologi (Sukanto, 1985; Darma, 2009) ideologi adalah :
1.    Perangkat kepercayaan yang ditentukan secara sosial;
2.    Sistem Sosial yang melindungi kepentingan golongan elit;
3.    Sistem kepercayaan.

Ada beberapa tokoh yang memiliki ideologi yang berkaitan dengan AWK berdasarkan paparan kelompok 4 yaitu Michel Foucault, Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, Tony Trew, Theo Van Leeuwen, sara Mills, Teun A. Van Dijk dan Norman Fairclough.

Dari pemikiran pemikiran para tokoh tersebut dapat ditarik persamaan dan perbedaan dalam menggali ataupun memahami konsep analisis wacana kritis dan konteks sosial yaitu :

ü  Persamaan
1.    Ideologi menjadi bagian yang paling sentral bahkan yang paling penting.
2.    Kekuasaan menjadi bagian yang sentral dalam setiap analisis.
3.    Semua model berpandangan bahwa wacana dapat dimanipulasi oleh kelompok dominan atau kelas yang berkuasa dalam masyarakat untuk memperbesar kekuasaannya.
4.    Menggunakan unit bahasa sebagai alat dan menampilkan proses linguistik dan strategi wacana untuk menampilkan diri sendiri secara baik dan pihak lain secara buruk, itulah yang menjadi konsentrasi utama semua model analisis wacana

ü  Perbedaan
Terletak pada bagaimana hubungan antara teks dengan konteks sosial masyarakat itu hendak dijelaskan.

REFLEKSI AWK NILA PUSPITASARI 1-4



ANALISIS WACANA KRITIS
(Kumpulan Refleksi)



OLEH:      NILA PUSPITA SARI
                P0500214006




REFLEKSI I (Senin, 9 Februari 2015)
Analisis wacana kritis merupakan hal baru dalam bidang linguistik yang diperkenalkan semester ini. Awalnya mendengar kata wacana, pemikiran awal hanya menyangkut arti kata wacana itu sendiri yang sering diungkap dimedia, baik cetak maupun elektronik dimana berdasarkan konteksnya dimaknai sebagai issue, seperti pada penggalan kalimat “penahanan Mandra sebagai tersangka oleh pihak kepolisisn bukanlah hanya sekedar wacana. Namun, bila merujuk pada KBBI 2008, makna wacana tersebut tidak termasuk salah satu dari kelima makna wacana yang tertera dalam KBBI. Oleh sebab itu, perlu kembali melihat makna sebenarnya dari wacana tersebut.
Dalam kaca mata linguistik, secara sederhana wacana dimaknai sebagai unit analisis akhir yang lebih kompleks dari kalimat, dimana wacana juga merupakan bagian dari unsur-unsur kebahasaan. Ada beberapa istilah wacana yang coba dikemukakan oleh para ilmuwan, yang salah satunya ialah J.S Badudu, mendefinisikan wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga membentuk makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya, wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan keherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.
Berdasarkan pemahaman tersebut, pemahaman tentang wacana tidak terbatas hanya pada pandangan yang sempit mengenai wacana sebagai unit tertinggi dalam sintaksis karena didalamnya terdapat unsur-unsur yang membangunnya. Dalam hal ini, berdasarkan definisi di atas dimana wacana mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, menjelaskan bahwa ada sesuatu yang membangun wacana itu sehingga mampu menciptakan sebuah efek. Selain itu, bentuknya yang lisan maupun tertulis juga mengindikasikan bahwa bentuk konstruksi bahasa lengkap seperti pidato serta berita yang disampaikan secara lisan juga dapat dianalisis. Empat keahlian utama dalam linguistik yakni fonologi, morfologi, sintaksis serta semantik, memiliki ruang lingkup analisis hanya sebatas pada konstruksi kalimat sebagai bagian yang tertinggi serta makna yang terkandung didalamnya. Analisis wacana sebagai bagian yang lebih kompleks juga menganalisis keempat skill tersebut beserta elemen lain yang membentuknya.
 Oleh sebab itu, pemahaman lebih lanjut mengenai wacana, termasuk didalamnya  jenis-jenis wacana harus dipelajari lebih dalam. Pemahaman mengenai jenis-jenis wacana tentunya akan mempermudah analisis sebuah wacana. Menganalisis wacana dapat dimulai dengan bentuk wacana yang paling mudah serta membuat analisis yang masih ringan, dalam hal ini hanya menganalisis koherensi dan kohesi dalam sebuah wacana serta proses yang terkadnung didalamnya kaitannya dengan jenis wacana. Pemahaman awal tersebut akan mengantarkan kita pada analisis yang lebih kompleks, yakni analisis wacana kritis, dimana unit-unit analisisnya pun lebih kompleks.




  
 REFLEKSI II (Senin, 16 Februari 2015)
Pemahaman tentang wacana telah dipaparkan sebelumnya, dimana wacana merupakan unit analisis terbesar dalam kajian bahasa, dengan koherensi dan kohesi yang sangat kompleks dan berkesinambungan. Alat untuk menganalisinyalah yang dikenal dengan istilah analisis wacana. Namun, peristilahan tersebut tidak hanya sampai disitu, dimana isilahnya kemudian dilengkapi dengan paradigma kata kritis. Selain itu, hal yang kemudian mengganjal sehubugan dengan kata kritis tersebut adalah istilah linguistik kritis yang juga menyandang istilah kritis. Keduanya merupakan bagian dari kajian ilmu bahasa. Pertanyaan besarpun muncul sehubungan dengan perbedaan diantara keduanya.
Istilah wacana yang telah dpahami sebelumnya kini dilekati oleh perspektif kritis yang berlawanan dengan linguistik kritis. Salah satu ahli, yakni Crytal (1991:90) mendefinisikan linguistik kritis sebagai kajian ilmu bahasa yang bertujuan mengungkapkan relasi-relasi kuasa tersembunyi (hidden power) dan proses-proses ideologis yang muncul dalam teks berbentuk tulisan maupun lisan. Berdasarkan definisi tersebut, linguistik kritis mengkaji aspek kebahasaan dalam sebuah teks yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, linguistik kritis hanya menganalisa sebuah teks dari segi ilmu bahasanya saja. Selanjutnya, dengan definisi yang berbeda, analisis wacana kritis merupakan salah satu unit kebahasaan yang tidak hanya mengkaji bahasa meskipun juga berbentuk teks seperti halnya kajian linguistik kritis, namun juga menghubungkannya dengan ideologi serta konteks, dimana hasil akhir dalam kajian analisis wacana kritis ialah bagaimana sebuah teks diproduksi menyesuaikan dengan konteksnya.
Dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini, yang digadang-gadang sebagai era politikus, wacana sangatlah menarik untuk dikaji dalam analisis wacana kritis. Mengapa demikian dikarenakan produksi sebuah teks tidak hanya semata-mata berdasarkan pengetahuan seorang penulis, melainkan banyak faktor lain yang berada dibelakang layar dari sebuah produksi wacana. Hal ini dipengaruhi oleh penyaluran wacana melalui sebuah media. Media inilah yang kemudian memengaruhi hasil akhir dari sebuah produksi wacana. Keadaan tersebut bukan lagi merupakan hal yang tabu, dimana produksi wacana baik lisan maupun tulisan sangat kental dipengaruhi oleh kekuasaan. Kekuasaan dalam hal ini dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang, seperti siapa yang memiliki media, siapa yang sedang berkuasa serta siapa saja yang mendukung penguasa.
Fenomena tersebut menggambarkan dalam mengkaji sebuah teks/wacana, analisis wacana kritis merupakan alat yang sanga akurat dan lebih menantang, dimana kajiannya tidak hanya fokus pada unsur kebahasaan melainkan hal-hal yang melatarbelakangi teks tersebut. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahasa tidak lagi pada porsinya sebagai alat komunikasi yang sesungguhnya, namun juga merupakan “jembatan” dalam praktik-paraktik negatif oleh para penguasa. Praktik negatif disini mengacu pada realitas para koruptor yang menggunakan permainan bahasa dalam membuat pencitraan. Selain itu, permainan bahasa juga digunakan untuk berkomunikasi sehubungan dengan hal-hal yang sifatnya rahasia. Hal inilah yang menuntut para linguis dewasa ini untuk lebih krtitis pula dalam menganalisis bahasa. Dengan demikian, analisis wacana kritis menjadi salah satu pilihan “alat” dalam mengkaji teks dengan unsur pembentuk yang lebih kompleks serta analisis ataupun pendekatan yang beragam.




REFLEKSI III (Senin, 23 Februari 2015)
Pada minggu keempat perkuliahan (Senin, 23 Maret 2015), perkuliahan analisis wacana kritis tidak diisi oleh diskusi kelompok seperti biasanya berhubung dosen pemgampu mata kuliah tersebut berhalangan hadir. Perkuliahan pada hari itu seharusnya diisi oleh diskusi kelompok saya bersama teman (Sitti Umi Salamah) yang akan memaparkan materi dengan topik analisis wacana kritis (tokoh, ideologi dan konteks sosial). Namun, diskusi tersebut harus diundur hingga minggu depan karena dosen berhalangan hadir. Sebenarnya, makalah kelompok kami sudah rampung pada minggu sebelumnya, dengan kata lain kami telah siap presentasi makalah. Namun karena keadaan tersebut presentasi harus ditunda.
Satu hal yang menguntungkan bagi kelompok kami dengan kejadian tersebut adalah bahwa kami dapat kembali merevisi materi yang akan disampaikan dalam diskusi nantinya. Dan benar saja, masih terdapat banyak hal yang harus diperbaiki sehubungan dengan makalah maupun tampilan slide dalam program Power Point. Oleh karena itu kelompok kami terus berdiskusi  kembali membahas perampungan materi tersebut hingga sehari sebelum penampilan kelompok kami. Meskipun diskusi antara kami tidak cukup rutin (setiap hari) karena adanya rutinitas lain, paling tidak dalam seminggu sebelumnya, kami saling mengontak beberapa kali untuk membahasnya. Pada akhirnya, kami mencapai perasaan puas dan siap atas pekerjaan kami dalam penilaian kami sendiri.
Sehubungan hal tersebut, saya menyadari serta mempelajari satu hal dalam pembuatan sebuah karya tulis bahwa untuk mencapai kata “puas” dan “siap” sangat perlu melakukan revisi hingga berulang kali. Revisi dalam hal ini bisa dalam pengertian mengubah bentuk secara keseluruhan ataupun hanya memperbaiki kekurangan dari hasil yang sebelumnya. Hal tersebut sangat penting, selain untuk lebih memahami apa yang sedang ditulis juga lebih memantapkan hati serta tulisan bahwa inilah hasil terbaik yang telah saya lakukan. Telah dibuktikan bahwa, dalam melakukan revisi, akan sangat banyak hal yang harus diperbaiki dimana pada awalnya banyak yang sudah mengira hasil sebelumnya telah sempurna karena juga melalui proses dalam pembuatannya. Hal tersebut memang benar, namun sesuai pengalaman serta petunjuk menulis sebuah karya tulis dari sebuah sumber, revisi merupakan hal yang patut dilakukan untuk tidak hanya merasa sempurna namun juga memperoleh “kesempurnaan kuadrat”.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, revisi merupakan hal yang sangat perlu untuk dilakukan dalam menghasilkan sebuah karya tulis untuk mencapai “kesempurnaan kuadrat”. Sempurna dalam hal ini tidaklah bermakna bahwa karya kitalah yang terbaik, namun rasa puas yang tidak bisa tergambarkan karena telah menghasilkan yang terbaik. Hal ini mempertimbangkan bahwa dalam sebuah karya juga sangat perlu melihat penilaian orang lain. Oleh sebab itu, merevisi sebuah hasil tulisan maupun karya lainnya sangat vital dilakukan, selain untuk memperoleh hasil yang memuaskan juga lebih mempertajam ingatan akan materi yang sedang direvisi.




REFLEKSI IV (Senin, 2 Maret 2015)
Analisis wacana kritis sebagai alat mengkaji bahasa hubungannya dengan konteks sebagai hasil analisis tentu memerlukan elemen atau unit-unit analisinya. Banyak ahli yang menawarkan unit-unit analisis dalam analisis wacana kritis yang kemudian dikenal sebagai tokoh-tokoh analisis wacana kritis (AWK). Beberapa tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan analisis wacana kritis yakni: Micahel Foucault, yang analisisnya menghubungkan antara wacana dengan kekuasaan serta ideologi; Roger Fowler dkk, yang analisisnya menekankan pada konstruksi kata ataupun struktur kalimat yang membangun sebuah wacana; Theo Van Leeuwen, yang menekankan pada proses keluaran maupun masukan dalam sebuah wacana. Selain itu, ada pula Sara Mills yang menekankan analisis wacana pada proses produksinya; Theun Van Dijk, yang menganalisis wacana berdasarkan tiga dimensi analisis (teks, kognisi sosial serta konteks) dan Norman Fairlough yang menganalisis wacana juga berdasarkan tiga dimensi analisis (teks, discursive practice dan sociocultural practice). Disamping para tokohnya, analisis wacana kritis juga erat kaitannya dengan istilah ideologi dan konteks sosial, dimana ideologi berhubungan dengan ideologi individu (penulis/media produksi wacana) maupun kelompok, dalam hal ini masyarakat serta konteks sosial yang berhubungan dengan kontekas yang mempengaruhi isi wacana.
Dalam pemahaman yang berbeda, para ahli menawarkan unit-unit yang bisa digunakan dalam menganalisis sebuah wacana. Salah satu analaisis yang paling banyak digunakan dalam menganalisis wacana adalah unit analisis Van Dijk yang menekankan analisis pada teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Jadi, dimensi analisisnya meliputi wacana sebagai teks dihubungkan dengan kognisi sosial penulis serta konteks yang melatarbelakangi produksi teks. Dalam unit analisis Van Dijk secara detail ketiga dimensi tersebut dijabarkan unsur-unsur analisisnya, seperti dalam halnya teks terdiri dari unsur sintaksis serta semantis. Kedua unsur tersebut juga diterangkan secara detail bagian mana dari wacana yang termasuk dalam unsur tersebut. Sehingga dugaan sementara bahwa banyak orang mengannggap analisis Van Dijk inilah yang paling mudah. Selain itu, Van Dijk juga merupakan salah satu tokoh yang juga melihat ideologi dalam analisis wacana. Ideologi dalam pemahaman Van Dijk berhubungan dengan elemen makro sebuah wacana yakni struktur sosial yang digambarkan bahwa bagaimana sebuah teks dihasilkan berdasarkan kepercayaan yang ada masyarakat sebagai pijakan akan jenis teks yang akan dihasilkan.
Selain alasan tersebut, alat analisis Van Dijk sesuai dengan bentuk wacana yang berkembang dewasa ini, dimana wacana bukan hanya sebagai unit kebahasaan yang sanagt kompleks namun juga sarat dengan istilah praktik ideologi dan praktik sosial yang mempengaruhi produksi wacana. Berdasarkan gambaran tersebut sangatlah mudah menganalisis sebuah wacana dalam perspektif wacana kritis menggunakan unit analisis yang memberikan gambaran secara detail sehingga memudahkan para peneliti dalam melakukan analisis. Pernyataan tersebut bukan mengarah pada pemaksaan untuk menggunakan analisis Van Dijk melainkan sebuah gambaran semata untuk para peneliti agar lebih cakap memilih unit analisis yang sangat dipahami oleh masing-masing individu sehingga memudahkan para peneliti untuk melalukan penelitian dalam bidang analisis wacana kritis.

Analisis Wacana Kritis berdasarkan Teori Michel Foucault



ANALISIS WACANA
(Analisis Pemikiran/ Teori Michel Foucault dalam sebuah Teks Wacana)
Dosen :  Dr.Gusnawaty, M.Hum.

DEVI YANTI
NPM : P0500214001




Yakult (ヤクルト Yakuruto?) adalah minuman probiotik mirip yogurt yang dibuat dari fermentasi skimmed milk dan gula dengan bakteriLactobacillus casei. Karena L. casei Shirota dapat ditemui dalam sistem pencernaan, Yakult dipromosikan sebagai minuman yang baik untuk kesehatan.
Namanya berasal dari jahurto, bahasa Esperanto untuk "yoghurt". Yakult ditemukan oleh doktor Minoru Shirota pada 1930. Pada 1935, ia mendirikan Yakult Honsha Co., Ltd. (株式会社ヤクルト本社 Kabushiki-gaisha Yakuruto Honsha?) untuk memasarkan minuman ini. Sejak saat itu, Yakult telah memperkenalkan berbagai minuman yang mengandung bakteri Bifidobacterium breve, dan telah menggunakan lactobacilli untuk mengembangkan kosmetika. Yakult Honsha juga memainkan peran penting dalam penelitian obatkemotrapi irinotecan.
Yakult juga memiliki salah satu tim bisbol terbesar di Jepang, Tokyo Yakult Swallows.
Saat ini, Yakult diproduksi dan dijual di JepangAsiaAustraliaAmerika Latin, dan Eropa, walaupun bakterinya masih diimpor dari Jepang. (id.wikipedia.org/wiki/yakult)







Michel Foucault adalah salah satu tokoh analisis wacana kritis. Dia memiliki latar belakang keluarga dari kalangan medis. Meskipun Foucault lebih tertarik mendalami bidang filsafat tetapipemikiran Foucault berkaitan erat dengan bidang medis. Pengetahuan dan kekuasaan adalah salah satu konsep Foucault yang menarik karena Foucault  mendefinisikan kuasa agak berbeda dengan para ahli lain. Kuasa oleh Foucault tidak diartikan “kepemilikan”. Kuasa menurut Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktekkan dalam suatu ruang lingkup tertentu dimana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain (Eriyanto,2001:65) . Foucault juga lebih berbicara mengenai bagaimana kuasa dipraktikkan, diterima, dan dilihat sebagai kebenaran dan berfungsi dalam bidang tertentu. Foucault memiliki kekhasan yaitu dia senantiasa selalu mengaitkan kuasa dan pengetahuan. Bagi foucault, kekuasaan terakumulasi melalui pengetahuan, dan pengetahuan selalu punya efek kuasa.

“kekuasaan menghasilkan pengetahuan. Kekuasaan dan pengetahuan secara langsung saling mempengaruhi...tidak ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi korelatif dari bidang pengetahuannya...” (Michel Foucault,1995:27). Foucault meyakini bahwa kuasa tidak bekerja melalui represi, tetapi melaui normalisasi dan regulasi. Kuasa tidak bekerja secara negatif dan represif, melainkan dengan cara positif dan produktif.

Dari deskripsi teori diatas dapat saya simpulkan bahwa menurut pandangan Foucault konsep kata “kuasa/Kekuasaan” tidak hanya berhubungan dengan pemerintahan tetapi terkait juga dengan kemampuan/daya upaya untuk menghasilkan sesuatu dibidang ilmu pengetahuan yang pada hakekat nya nanti akan bermanfaat untuk kemashlahatan manusia. Dalam hal ini saya mengambil teks wacana tentang produk minuman probiotik Yakult yaitu minuman probiotik mirip yogurt yang dibuat dari fermentasi skimmed milk dan gula dengan bakteri Lactobacillus Casei. Karena L. Casei Shirotadapat ditemui dalam sistem pencernaan, Yakult dipromosikan sebagai minuman yang baik untuk kesehatan. Yakult diproduksi dan dijual di jepang, Asia, Australia, Amerika latin dan Eropa. Walaupun bakteri nya masih diimpor dari Jepang. Meskipun banyak produk minuman probiotik yang lain akan tetapi Yakult memiliki banyak peminat yang cukup signifikan dibanding produk minuman probiotik yang lain.

Mengapa saya dapat kemukakan bahwa teks wacana tentang produk yakult ini memuat juga konsep Pemikiran Foucault karena dari definisi yang diberikan Foucault, terungkap bahwa wacana adalah alat bagi kepentingan kekuasaan dan ilmu pengetahuan. Dapat kita garis bawahi pada wacana di atas bahwa produk minuman probiotik yakult diproduksi, dijual dan tersebar di beberapa negara tetapi bakteri nya tetap masih harus impor dari Jepang. Hal ini menandakan bahwa Jepang memiliki kendali /kuasa dalam proses produksi produk tersebut, hanya saja memang pemasarannya memang sudah tersebar di beberapa negara. Hal ini sejalan dengan pemikiran Foucault bahwa kuasa memiliki keterkaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan kuasa tersebut bekerja dengan cara positif dan produktif. Bagi foucault, kekuasaan terakumulasi melalui pengetahuan, dan pengetahuan selalu punya efek kuasa.

Produk minuman Probiotik tersebut diminati karena berdasarkan wacana baik teks maupun lisan yang dipaparkan di media sosial, Yakult memiliki manfaat untuk kesehatan pencernaan manusia, seperti dalam slogannya “sudahkah anda minum Yakult hari ini, Saya minum Dua”. Sayapun dan keluarga termasuk peminat produk minuman probiotik tersebut.Padahal seperti yang dipaparkan didalam komposisi produk tersebut, didalam produk tersebut terkandung bakteri.Seperti kita ketahui bakteri itu ada yang baik untuk tubuh dan ada yang tidak. Bakteriyang tidak baik untuk tubuh manusia disebut bakteri Patogen. Itulah hebatnya ilmu pengetahuan, Bakteri yang sebelumnya dikenal merugikan bagi tubuh tetapi berdasarkan penelitian justru ada yang memiliki manfaat untuk sistem pencernaan manusia. Hal ini pun selaras dengan pemikiran Foucault bahwa pandangan kita tentang suatu objek dibentuk dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh struktur diskursif yaitu pandangan yang mendefinisikan sesuatu bahwa yang ini benar dan yang lainnya tidak.  Pandangan manusia ataupun konsep pemikiran manusia dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang tentu saja harus dibuktikan di dalam proses penelitian yang valid.