Senin, 09 Maret 2015

REFLEKSI AWK NURLIAH



REFLEKSI MINGGU KEDUA
Nurliah
P0500214011

Pembahasan pada minggu kedua rumusan masalahnya yaitu mengenai:  Apa yang dimaksud dengan linguistik kritis dan analisis wacana kritis?, Apakah perbedaan analisis wacana dengan analisis  wacana kritis?, Bagaimanakah prinsip-prinsip umum wacana kritis?, Apa sajakah pendekatan utama dalam analisis wacana kritis?.
Di minggu ini saya sebagai pembawa materi bersama dengan ka’ devi namun karena kesehatan saya sedikit terganggu akhirnya membuat saya tidak dapat hadir dan menyebabkan ka’devi mempresentasikannya seorang diri, yang di awal sebelum prentasi itu kami telah membagi tugas dalam presentasikan materi tersebut.
Di pembahasan ini kami mencoba memberikan pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan linguistic kritis dan analisis wacana? Ada beberapa pendapat yang kami kutip satu diantaraya yaitu; Linguistik kritis (critical linguistics) merupakan kajian ilmu bahasa yang bertujuan mengungkapkan relasi-relasi antara kuasa tersembunyi (hidden power) dan proses-proses ideologis yang muncul dalam teks-teks lisan atau tulisan (Crystal,1991: 90 dalam Santoso,2007:5) maksudnya disini ialah bahwa dalam linguistic kritis ilmu bahasa itu memiiki kuasa yang tersembunyi yang tujuannya untuk mengungkap hubungan atau relasi-relasi dan proses ideologis yang muncul secara lisan atau tulisan sedangkan Menurut Fairclough dan Wodak (1989)  mengenai  analisis wacana kritis melihat wacana, pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis (pemikiran berdasarkan kenyataan yang ada) di antara peristiwa diskursif (menyimpang) tertentu dengan situasi, institusi dan struktur sosial yang membentuknya. Kemudian prisinsip-prinsip umum analisis wacana kritis? Ada beberapa yang mendasari prinsip-prinsip umum itu antara lain;
1.      Analisis wacana kritis berhubungan dengan masalah sosial.
  1. Analisis wacana kritis mengkaji kekuasaan dalam wacana dan atas wacana.
  2. Budaya dan masyarakat secara dialektis berhubungan dengan wacana masyarakat dan budaya dibentuk oleh wacana dan sekaligus menyusun wacana. Setiap kejadian tunggal penggunaan bahasa memproduksi dan mentranformasi masyarakat dan budaya, termasuk relasi kekuasaan.
  3. Penggunaan bahasa bisa bersifat ideologis, untuk memastikannya teks perlu dianalisis guna meneliti interpretasi, penerimaan dan efek sosialnya.
  4. Wacana bersifat historis dan hanya bisa dipahami terkait dengan konteksnya.
  5. Hubungan antara teks dan masyarakat itu bersifat tidak langsung tetapi termanifestasi melalui perantara, seperti modelsosiso-kognitif yang kita kembangkan, sebagaimana yang dikemukakan dalam model pemahaman teks secara sosiopsikologis.
  6. Analisis kritis menyiratkan adanya suatu metodologi sistematis dan hubungan antara teks dan kondisi sosial, ideologi, dan relasi kekuasaan. Interpretasi senantiasa bersifat dinamis dan terbuka bagi konteks dan informasi baru.
  7. Analisis wacana kritis dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah sosial yang eksplisif antara fokus perhatiannya dan cenderung menerapkan penemuannya pada permasalahan praktis.
Itulah beberapa prinsip-prinsip umum dalam analisis wacana kritis. Selanjutnya yaitu ada beberapa pendekatan umum dalam analisis wacana kritis anatara lain; pendekatan analisis bahasa kritis, pendekatan kognisi sosial, pendekatan perubahan sosial, pendekatan wacana sejarah, dan yang terakhir analisis wacana pendekatan prancis. Kesemuanya saling berkaitan dalam  analisis wacana kritis. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa linguistik kritis merupakan kajian ilmu bahasa yang menganalisis mengenai hubungan-hubungan kekuasaan tersembunyi beserta proses-proses ideologis yang terdapat dalam teks-teks lisan maupun tulisan. Analisis wacana kritis sering disebut juga sebagai metode analisis yang mempertemukan ilmu bahasa (linguistik dan susastra), sosial, politik, dan budaya. Dalam  mengungkapkan politik yang tersembunyi dalam atau dibalik analisis wacana yang secara sosial dominan dalam masyarakat.

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar