Sabtu, 14 Maret 2015

REFLEKSI PRATIWI SAKTI 9 FEBRUARI

9 FEBRUARI 2015, REFLEKSI
Pratiwi Sakti
P0500214010
            Ramli dan Hajaratul Aswad akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Namun mereka tidak hadir. Jadi kami menganalisis sebuah wacana yang telah dibagi pada pecan sebelumnya. ada beberapa kelompok yang telah dibagi pada pecan sebelumnya berdasarkan nama ilmuan yang memiliki teori yang akan kami gunakan. Pagi yang cerah itu, berubah menjadi pagi yang sanagt komunikatif dari pecan-pekan sebelumnya. secara pribadi, sebelum masuk kelas hari ini, saya telah menyiapakan bahan awk dan teori tata bahasa sistemik fungsional berdasarkan MAK halliday. Manuskrip S1 itu masih saya simpan. Saya mulai menganalisis kata perkata dan mencocokkannya dengan manuskrip yang ada. Namun saya masih bingung, awk dan tata bahasa sistemik fungsional merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Setelah membaca dengan teliti, dan melihat kedua buku (mak halliday dan Yoce Aliah darma) saya menemukan benag merah. Yang diinginkan oleh teori mak Halliday bahwa seorang linguist mampu menelaah bahasa secara mikro kemudian yang dinginkan oleh teori-teori yang dikemukakan oleh yoce dalam bukunya merupakan menganlisis bahasa secara makro. Kemudian saya kembali teringat dengan jurnal online ibu gusna yang kurang lebih berjudul “analisis kesopanan di surat…”.
            Saya pun bertanya pada teman-teman di facebook, malam itu. Mereka ada yang mengisyaratkan pemikiranku terlalu melebar, ada juga yang masih pusing dan sebagainya. Kesesokan harinya, saya memperlihatkan kepada ibu gusna, apakah seperti ini analisis yang dinginkan?. Beliau menanggapi, ini terlalu jauh. Barulah saya paham ketika dian menunjukkan buku kopian, oh ternyata seperti ini cara menganalisisnya. Beberapa diantara kami termaasuk saya, berharap ibu menjelaskan satu clausa atau kalimat saja didepan kemudian mengidentifikasi bagaimana car menentukan tenor, actor, theme, rheme. Menjelaskan dengan cara langsung lebih bisa kami pahami dibandingkan jika menunjukkan artikel beliau. Walaupun demikian salah seorang teman member saran, ini juga motivasi supaya kami mencari sendiri. Secara pribadi saya menanggapi nasehat teman, walaupun demikian setidaknya sedikit penjelasan bukanlah hal yang berat.
            Pada pertemuan di tanggal 9 maret. Saya dan ahmad yang memiliki teori yang sama berkutat pada satu teks yang sama. Ahmad memilih wacana yang sangat pendek. Wacana itu, berisi konfirmasi dan penjelasan bahwa salah satu anggota dewan yang berasal dari partai islam tidak mengatakan anjing kepada gubernur DKI yang menjabat. Dilihat dari judul wacana, “anggota DPRD partai X tidak mengatakan anjing kepada Gubernur DKI”. Paragraf pertama berisi klausa, yangs sangat sederhana yakni “fitnah kembali mendera partai keadailan sejahtera PKS”. Kami mengidentikasi hingga klausa ataupun kalimat terkhir. Seterusnya seperti itu, namun ketika kami mengkonfirmasi kepada ibu apakah cara menganalisis telah benar. Beliau mengisyaratkan masih ada yang kurang. Ketika melihat kembali jurnal lengkap ibu yang beliau tayangkan di Proyektor, saya mulai faham. Sepertinya ibu menginginkan cara menganalisis yang lebih lengkap. Beliau memperlihatkan bahwa apa yang beliau terbitkan di jurnal onlinenya merupakan “hasil”, “dapurnya” adalah apa yang sedang beliau perlihatkan didepan kami detik itu juga. Kemudian saya sadar, jika demikian ini membutuhkan latihan yang lebih sering, pengamatan yang lebih detail dan juga waktu yang lebih panjang.
            Yoce dalam bukunya mengemukakan teori Fowler Sbb : Teori fowler memusatkan perhatian pada kata dan susunan kata atau kalimat. Pada level kata, bagaimana peristiwa dan actor-aktor yang terlibat dalam peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Pada level susunan kata atau kalimat bagaimana kata-kata disusun ke dalam bentuk kalimat tertentu untuk dimengerti dan dipahami semata sebagai persoalan teknis kebahasaan tetapi praktik bahasa. Selanjutnya menurut MAK Halliday : mengemukakan bahwa ada tiga komponen yang harus kami identifikasi yakni proses material, proses mental, proses relasional, proses tingkah laku, proses verbal, proses wujud (existential), fungsi partisipan lainnya,unsur-unsur sirkumstans. Sirkumstans ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian berdasrakan tempat dan waktu, seperti yang tertera dalam Sinar (2003, 45).   
            Setelah beberapa hari sebelum mengumpulkan refeleksi ini, saya harus menaikkan lengan untuk mengerjakan analisis wacana sesuai teori mak Halliday dan Roger Fowler. Sekarang yang harus kami kerjakan adalah menganalisis bahasa Indonesia utamanya wacana dikoran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar