9 FEBRUARI 2015, REFLEKSI
Pratiwi Sakti
P0500214010
Ramli dan
Hajaratul Aswad akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Namun
mereka tidak hadir. Jadi kami menganalisis sebuah wacana yang telah dibagi pada
pecan sebelumnya. ada beberapa kelompok yang telah dibagi pada pecan sebelumnya
berdasarkan nama ilmuan yang memiliki teori yang akan kami gunakan. Pagi yang
cerah itu, berubah menjadi pagi yang sanagt komunikatif dari pecan-pekan
sebelumnya. secara pribadi, sebelum masuk kelas hari ini, saya telah
menyiapakan bahan awk dan teori tata bahasa sistemik fungsional berdasarkan MAK
halliday. Manuskrip S1 itu masih saya simpan. Saya mulai menganalisis kata
perkata dan mencocokkannya dengan manuskrip yang ada. Namun saya masih bingung,
awk dan tata bahasa sistemik fungsional merupakan dua disiplin ilmu yang
berbeda. Setelah membaca dengan teliti, dan melihat kedua buku (mak halliday
dan Yoce Aliah darma) saya menemukan benag merah. Yang diinginkan oleh teori
mak Halliday bahwa seorang linguist mampu menelaah bahasa secara mikro kemudian
yang dinginkan oleh teori-teori yang dikemukakan oleh yoce dalam bukunya
merupakan menganlisis bahasa secara makro. Kemudian saya kembali teringat
dengan jurnal online ibu gusna yang kurang lebih berjudul “analisis kesopanan
di surat…”.
Saya pun bertanya
pada teman-teman di facebook, malam itu. Mereka ada yang mengisyaratkan
pemikiranku terlalu melebar, ada juga yang masih pusing dan sebagainya.
Kesesokan harinya, saya memperlihatkan kepada ibu gusna, apakah seperti ini
analisis yang dinginkan?. Beliau menanggapi, ini terlalu jauh. Barulah saya
paham ketika dian menunjukkan buku kopian, oh ternyata seperti ini cara
menganalisisnya. Beberapa diantara kami termaasuk saya, berharap ibu
menjelaskan satu clausa atau kalimat saja didepan kemudian mengidentifikasi
bagaimana car menentukan tenor, actor, theme, rheme. Menjelaskan dengan cara
langsung lebih bisa kami pahami dibandingkan jika menunjukkan artikel beliau.
Walaupun demikian salah seorang teman member saran, ini juga motivasi supaya
kami mencari sendiri. Secara pribadi saya menanggapi nasehat teman, walaupun
demikian setidaknya sedikit penjelasan bukanlah hal yang berat.
Pada pertemuan di
tanggal 9 maret. Saya dan ahmad yang memiliki teori yang sama berkutat pada
satu teks yang sama. Ahmad memilih wacana yang sangat pendek. Wacana itu,
berisi konfirmasi dan penjelasan bahwa salah satu anggota dewan yang berasal
dari partai islam tidak mengatakan anjing kepada gubernur DKI yang menjabat.
Dilihat dari judul wacana, “anggota DPRD partai X tidak mengatakan anjing
kepada Gubernur DKI”. Paragraf pertama berisi klausa, yangs sangat sederhana
yakni “fitnah kembali mendera partai keadailan sejahtera PKS”. Kami
mengidentikasi hingga klausa ataupun kalimat terkhir. Seterusnya seperti itu,
namun ketika kami mengkonfirmasi kepada ibu apakah cara menganalisis telah
benar. Beliau mengisyaratkan masih ada yang kurang. Ketika melihat kembali
jurnal lengkap ibu yang beliau tayangkan di Proyektor, saya mulai faham.
Sepertinya ibu menginginkan cara menganalisis yang lebih lengkap. Beliau memperlihatkan
bahwa apa yang beliau terbitkan di jurnal onlinenya merupakan “hasil”,
“dapurnya” adalah apa yang sedang beliau perlihatkan didepan kami detik itu
juga. Kemudian saya sadar, jika demikian ini membutuhkan latihan yang lebih
sering, pengamatan yang lebih detail dan juga waktu yang lebih panjang.
Yoce dalam bukunya mengemukakan
teori Fowler Sbb : Teori fowler memusatkan perhatian pada kata dan susunan kata
atau kalimat. Pada level kata, bagaimana peristiwa dan actor-aktor yang
terlibat dalam peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Pada level susunan kata
atau kalimat bagaimana kata-kata disusun ke dalam bentuk kalimat tertentu untuk
dimengerti dan dipahami semata sebagai persoalan teknis kebahasaan tetapi
praktik bahasa. Selanjutnya menurut MAK Halliday : mengemukakan bahwa ada tiga
komponen yang harus kami identifikasi yakni proses material, proses mental,
proses relasional, proses tingkah laku, proses verbal, proses wujud
(existential), fungsi partisipan lainnya,unsur-unsur sirkumstans. Sirkumstans ini
dibagi lagi menjadi beberapa bagian berdasrakan tempat dan waktu, seperti yang
tertera dalam Sinar (2003, 45).
Setelah beberapa
hari sebelum mengumpulkan refeleksi ini, saya harus menaikkan lengan untuk
mengerjakan analisis wacana sesuai teori mak Halliday dan Roger Fowler.
Sekarang yang harus kami kerjakan adalah menganalisis bahasa Indonesia utamanya
wacana dikoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar