Minggu, 08 Maret 2015

REFLEKSI SITI UMI SALAMAH 2



SITI UMI SALAMAH
P0500214008
REFLEKSI  DISKUSI TENTANG LINGUISTIK KRITIS VERSUS ANALISIS WACANA KRITIS
(Pertemuan tgl. 16-2-2015)

            Pertemuan ketiga ini kami mendiskusikan tentang “LINGUISTIK KRITIS VERSUS ANALISIS WACANA KRITIS” yang seharusnya dipresentasikan oleh dua orang. Karena nurliah sakit, maka devi menjadi presenter tunggal. Meskipun demikian Devi dapat menyajikan materi dengan baik serta dapat menjawab pertanyaan –pertanyaan dari kami.
            Dari diskusi hari ini kami dapat poin bahwa linguistik kritis berbeda dengan analisis wacana kritis. Linguistik kritis merupakan kajian ilmu bahasa yang menganalisis mengenai hubungan-hubungan kekuasaan tersembunyi beserta proses-proses ideologis yang terdapat dalam teks-teks lisan maupun tulisan. Analisis wacana kritis sering disebut sebagai metode analisis yang mempertemukan ilmu bahasa (linguistik dan susastra), sosial, politik, dan budaya. Analisis wacana kritis memiliki agenda untuk mengungkapkan politik yang tersembunyi dalam atau dibalik analisis wacana/diskursus yang secara sosial dominan dalam masyarakat.
Pada materi kali ini saya mulai menyadari bahwa analisis wacana kritis ternyata tidak hanya melibatkan sisi linguistik belaka  seperti kosa kata (diksi), stuktur kalimat serta aspek semantis dan pragmatis, kohesi dan  koherensi, tetapi juga melibatkan unsur-unsur lain di luar aspek linguistik itu. Budaya, kekuasaan, konteks sosial juga turut berperan dalam menentukan ke arah mana wacana itu akan dianalisis.  Disamping itu pendekatan-pendekatan yang berbeda-beda juga menentukan arah dalam menganalisis sebuah wacana. Hanya saja nantinya kita harus bisa menyesuaikan jenis wacana dengan model pendekatannya.
Tentunya hal ini merupakan keluasan dan fleksibilitas dari suatu wacana. Mungkin inilah yang membuat orang lebih tertarik dengan analisis wacana kritis daripada analisis wacana yang hanya bersifat deskriptif. Karena analisis wacana kritis lebih memberikan ruang analogi dan skope yang lebih luas kepada peneliti, dan lebih  banyak  aspek yang bisa dilihat dalam menganalisis sebuah wacana. Tinggal memilih pendekatan apa yang akan digunakan dalam menganalisis wacana tersebut. Sungguh ini merupakan hal yang menarik dan menantang untuk diteliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar